Spiga

2011 Jabar Bebas Lahan Kritis

2011 Jabar Bebas Lahan Kritis
By Republika Newsroom
Jumat, 20 November 2009 pukul 16:08:00

BANDUNG-–Memasuki tahun 2010 seluruh lahan kritis di Jabar akan
dihijaukan melalui program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) dengan
dana sekitar Rp 30 miliar per tahun. Dengan demikian pada tahun 2011 Jabar
akan dinobatkan sebagai provinsi bebas lahan kritis.

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Jabar, menunjukkan, tahun 2003 luas
lahan kritis di Jabar seluas 580.394 hektare. Hingga akhir tahun 2008, sisa
lahan kritis di Jabar tinggal 176 ribu hektare. Sepanjang lima tahun ini,
sedikitnya 404.394 hektare lahan kritis telah dihijaukan. Sisa lahan kritis
tersebut, akan dituntaskan hingga tahun 2010.

Gubenrur Jabar, Ahmad Heryawan, menjelaskan, lahan kritis di Jabar akan
ditanggulangi melalui program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK). Dia
mengaku, program tersebut berlangsung mulai dari 2003 hingga 2010. Setiap
tahunnya, jelas dia, lahan alokasi dana untuk program GRLK berkisar Rp 25-30
miliar.

Heryawan menjelaskan, GRLK merupakan kegiatan pembangunan lingkungan yang
melibatkan masyarakat. Dia menyatakan, melalui program tersebut, petani
hutan akan diperankan dalam melindungi hutan.

Bibit pohon keras yang akan ditanam melalui program itu, jelas dia, berasal
dari penangkar tradisional. Menurut Heryawan, bibit pohon keras itu, jelas
dia, akan disalurkan melalui elompok tani yang selama ini berdomisili di
kawasan hutan.

Dipaparkan Heryawan, saat ini terdapat kelompok masyarakat yang dilibatkan
dalam kegiatan penghijauan lahan kritis. Di antaranya, Asosiasi Kepala Desa
Sekitar Hutan Negara (AKSHN), Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia
(GAPPERINDO), Kontak Tani Hutan Andalan (KTHA), dan Lembaga Masyarakat Desa
Hutan (LMDH).

Kata dia, jenis pohon yang didistribusikan melalui program tersebut berupa
pohon hutan dan pohon buah-buahan. Intinya, jelas dia, pohon yang ditanam
melalui program tersebut harus memiliki fungsi konservasi.

Hasil dari pohon buah-buahan itu, lanjut Heryawan, akan menjadi keuntungan
warga yang dipercaya mengelola pohon tersebut. ‘’Kondisi lingkungan yang
memadai, tentu akan menunjang kegiatan pertanian lainnya. Paling tidak,
ketersediaan airnya aman,’’ ujar Heryawan saat makan siang dengan wartawan
di kantin Gedung Sate, Bandung, Jumat (20/11).

Kepala Dinas Kehutanan Jabar, Anang Sudarna, menyebutkan, program GRLK pun
akan menyentuh pula sekitar 7.500 hektare lahan di empat daerah aliran
sungai (DAS) di Jabar. Empat DAS itu, papar dia, yakni Citarum, Citanduy,
Cimanuk, dan Cisanggarung.

Kata Anang, tidak hanya melalui GRLK, tahun ini pun hutan kritis di Jabar
akan dihijaukan melalui Departemen Kehutanan seluas 46 ribu hektare.
Sementara total lahan kritis di Jabar, papar dia, mencapai 170 ribu hektare.

Menurut Anang, antara program GRLK dan Dephut dipastikan tidak akan tumpang
tindih. Dia menjelaskan, GRLK dipastikan tidak akan direalisasikan pada
lahan yang sudah ditanggulangi Dephut.

Ditambahkan Anang, selain di kawasan hutan, budaya menanam pohon harus
digalakan di lokasi pemukiman. Dia menjelaskan, selama ini pembangunan
infrastruktur di daerah perkotaan kerap melupakan bahkan mengikis ruang
terbuka hijau (RTH). ‘’Sedikitnya setiap kepala keluarga harus menanam satu
pohon,'' ujar Anang di kantornya, Jumat (20/11). Pengusaha dan pelajar pun,
tambah dia, sebisa mungkin menggalakan budaya menanam pohon.

Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup (FPLH), Thio Setiowekti,
menjelaskan, program GRLK tidak cukup pada tahapan penanaman. Dia
menyatakan, banyak pohon yang ditanam melalui GRLK mati akibat tidak
dirawat. ‘’Kami mohon Dishut juga memperhatikan dan memelihara pohon yang
sudah ditanamnya,’’ ujar Thio kepada Republika, Jumat (20/11). Dia mengaku,
saat ini tidak sedikit pohon yang ditanam melalui GRLK yang sengaja dicabut
oleh mafia hutan.

Dia menyatakan, pohon tersebut sengaja dicabut agar lahannya bisa ditanami
sayuran. Thio mengakui, keuntungan dari komoditas sayuran lebih cepat
ketimbang pohon buah-buahan. Namun, jelas dia, tanaman sayuran tidak
memiliki fungsi konservasi. san/kpo


--
******************************************************************
wahana lingkungan hidup indonesia ( walhi ) jawa barat
jalan piit nomor 5 bandung 40133
telp/fax. +62 22 250 7740
e-mail : jabar@walhi.or.id, walhijabar@gmail.com

0 comments: