Spiga

Lembar Informasi Join Campaign YPSHK GN-WWF Indonesia, Edisi November 2009

Facsheet Nov 2009.jpgBagaimana Pengaruh Ekonomi, Ekologi dan Sosial Budaya Konservasi Jika Kawasan Itu Menjadi Lahan Tambang

PEMERINTAH daerah mengatasnamakan kemakmuran rakyat dari sektor tambang, apakah kemakmuran itu dirasakan oleh warga secara langsung? Apakah ini mencerminkan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana yang selalu diyel-yelkan pemerintah daerah? Mestinya, kebijakan pembangunan yang berkelanjutan harus diarahkan untuk mencapai tiga tujuan yang mencakup sekurang-kurangnya tiga dimensi, yaitu tujuan ekonomi, tujuan sosial, dan tujuan ekosistem.

Tiga unsur yang harus diperhatikan agar tujuan ekonomi dan tujuan sosial dapat dicapai secara bersamaan, yaitu distribusi pendapatan, kesempatan kerja dan bantuan bersasaran. Pertumbuhan ekonomi mesti disertai peningkatan kesempatan kerja dan upaya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Artinya, tak ada hambatan terhadap akses bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin untuk ikut serta dalam pembangunan, pemanfaatan sumberdaya. Sehingga pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Kebijakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sebagian besar mempunyai relevansi terhadap konservasi sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Response dan akselerasi pembangunan ekonomi membutuhkan pemeliharaan lingkungan hidup yang mendukung kegiatan ekonomi dan sosial yang dinamis. Kecenderungan yang terjadi dalam pembangunan ekonomi adalah tidak memperhitungkan nilai-nilai pemanfaatan sumberdaya yang tidak memiliki harga, seperti nilai-nilai intrinsik sumberdaya alam maupun beban sosial masyarakat akibat pemanfaatan sumberdaya. Tidak adanya penilaian terhadap sumberdaya ini selanjutnya menimbulkan eksternalitas tersendiri yang sangat merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Untuk dapat mengelola sumberdaya secara berkelanjutan, kebijaksanaan lingkungan yang lebih menekankan pada konservasi dan perlindungan sumberdaya, perlu memperhitungkan mereka yang masih bergantung kepada sumberdaya tersebut, untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Bila hal ini tidak diperhatikan, akan memberikan dampak yang buruk terhadap kemiskinan dan mempengaruhi keberhasilan jangka panjang dalam upaya konservasi sumberdaya dan lingkungan.

Metode penambangan dengan sistem terbuka yang selalu digunakan oleh penambang di Indonesia, tak bisa menjamin pengelolaan yang berkelanjutan, karena menggali lapasan tanah atau batuan yang mengandung mineral hingga meninggalkan lubang raksasa berbentuk danau. Impilkasinya perubahan bentang alam secara permanen yang dapat mengakibatkan interusi air laut.

Contoh kasus pada proyek batu hijau PT. Newmont Nusa Tenggara di kabupaten Sumbawa-Barat, akibat penambangan terbuka meninggalkan lubang raksasa dengan diameter 2 km dan kedalaman 1 km di akhir usia tambang. Menurut Lukman Malanuang, dalam makalahnya Pertambangan di kawasan hutan lindung, butuh waktu 150 tahun untuk menetralkan air asam karena dampak pertambangan.

Selain menghilangkan lahan berhutan seluas diameter lubang yang digunakan untuk menggali bahan tambang, praktek pertambangan selalu memberii dampak pada hilangnya species binatang dan tumbuhan karena top soil tertimbun tailing atau limbah tambang lainnya.

Potret Bombana saat ini
Jauh sebelum tambang emas ditemukan, Kabupaten Bombana dikenal karena keindahan alamnya serta kehidupan kesukuan dan budaya menarik. Suku Moronene, yang dimitoskan sebagai Negeri Dewi Padi (Dewi Sri) ada di sini. Konon, sang dewi pernah turun di sebuah tempat yang belakangan disebut Tau Bonto (Saat ini lebih dikenal dengan Penulisan Taubonto). Dalam bahasa Moronene, ‘tau bonto’ berarti tahun pembusukan, karena ketika Dewi Padi itu turun di tempat tersebut, produksi padi ladang melimpah ruah sehingga penduduk kewalahan memanennya. Akibatnya, banyak padi tertinggal dan membusuk di ladang. Padahal, luasan ladang yang dibuka tak seberapa, hanya beberapa hektar saja untuk setiap keluarga (sumber Wikipidia).

Taubonto menjadi pusat pemerintahan di zaman kekuasaan mokole, gelar raja di wilayah Moronene pada masa lalu. Di masa pemerintahan swapraja Buton pascakemerdekaan, wilayah kekuasaan mokole berubah menjadi wilayah distrik, dan selanjutnya menjadi kecamatan. Lalu, tahun 2003, wilayah ini memekarkan diri menjadi daerah Kabupaten Bombana dengan Ibukota kabupaten di Kasipute, kecamatan Rumbia.

Tahun 2007 lalu, dari Tinanggea, Konawe Selatan memasuki wilayah kabupaten Bombana, di kiri kanan jalan terhampar areal persawahan dengan biji-biji padi yang menguning. Kemakmuran yang tak ternilai bagi petunia adalah melihat padinya yang telah siap dipanen.

Kini, pemandangan itu tak lagi dijumpai. Lahan-lahan wasah itu kini terlantar, tak diolah. Sejak awal tahun ini, Lima ribu hektar sawah di dua kecamatan yakni, Rarowatu Utara dan Lantari Jaya mengalami gagal panen setelah aktivitas pertambangan emas diwilayah itu merusak bentangan aliran aliran sungai. Lahan-lahan subur berganti sedimen yang jika tanahnya kering jadi pecah menandakan tak adanya humus dalam kandungan tanah itu. Mari kita ambil satu contoh pengelolaan potensi Sumberdaya Alam pada Kawasan wilayah Konservasi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan membandingkan praktek pengelolaan tambang emas di Kabupaten Bombana, pada dua kecamatan, Lantari Jaya dan Rarowatu Utara. Bagaimana hasilnya?

Hasil penelitian Nilai ekonomi manfaat sumberdaya hutan mangrove di TN Rawa Aopa Watumohai sebesar Rp. 2.153.547.750 setiap tahunnya, dengan pemanfaatan perikanan (biota laut) oleh nelayan sebesar Rp. 1.447.672.750 atau 67,22 persen, kemudian budidaya rumput laut sebesar Rp. 680.220.000 atau 31,59 persen, pemanfaatan kayu bakau sebesar Rp. 22.917.500,- atau 1,06 persen dan pengambilan daun nipah untuk bahan pembuatan atap sebesarRp. 2.737.500 atau 0,13 persen. Keseluruhan angka ini dinikmati secara langsung oleh warga.

Selain itu, Kawasan Konservasi ini juga menyuplai sumber air ke Perusahaan Air Minum (PAM) Pinanggosi dan Atari. Setiap tahunnya, dua penyalur air tersebut menghasilkan Rp. 363.994.765. 887 yang sepenuhnya disalurkan ke warga setempat. Ini adalah manfaat sumberdaya alam yang dirasakan secara langsung oleh warga.

Coba kita telusuri pengelolaan Tambang emas di Kecamatan Rarowatu Utara dan Lantari Jaya, yang mana di dua kecamatan tersebut memiliki lahan pertanian untuk sawah seluas 5 ribu hektar dengan suplai irigasi dari Bendungan Langkowala, lahan Areal Penggunaan Lain 400 hektar dan Hutan Produksi eks Hutan Tanaman Industri Barito Pasiļ¬k Timber seluas 37.000 hektar.

Sumyati (43) petani sawah di desa Lantari mampu menghasilkan 50 juta pertahun, dari hasil panen gabah kering. Dia merata-ratakan penghasilnnya dengan haslip panen 200 karung gabah kering per hektar, kemudian dikalikan dengan harga gabah kering 200 ribu per karung. Bandingkan bila setiap pendulang mampu menghasilkan 0,5 gram emas per hari, maka selama setahun dia mampu mendampatkan Rp. 54 Juta rupiah. Angka itu didapat dari rata-rata 30 hari selama setahun dengan perhitungan harga emas 300 ribu rupiah per gram. Jumlah penghasilan warga petani sawah dengan pendulang emas tidak tidak beda jauh.

Namun dari sisi keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam, petani sawah masih mampu menikmatinya hingga beberapa generasi mendatang. Sebaliknya, penghasilan warga dari dari pendulangan emas hanya akan bertahan selama deposit emas itu masih ada. Namun, hampir semua warga di dua kecamatan itu tak ikut menambang. Kebanyakan dari mereka malah jadi penonton ditengah kesibukan pendatang dari daerah lain yang berbondong-bondong menguras hasil alam mereka, kemudian hasilnya dibawa ke daerah mereka sendiri.

Lalu bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Sultra? Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) Prov. Sultra Nilai nominal PDRB Triwulan I 2008 mencapai 6,16 triliun rupiah dimana sektor pertanian memberi kontribusi terbesar (35,98 persen). Lalu, andil sektor pertambangan dan penggalian terhadap pertumbuhan ekonomi (sources of growth) padatriwulan I tahun 2009 adalah sebesar 0,39 persen. Bandingkan dengan andil sector pertanian pada pertumbuhan ekonomi pada waktu yang sama dengan capaian 0,93 persen. Selain itu, secara proporsional mendorong kegiatan pada sub sektor perdagangan mengalami kemunduran sampai dengan 4,37 persen dari tahun 2008.

INFORMASI SELANJUTNYA HUBUNGI:
Syahrul Gelo
YPSHK Green Network

Jl. Bunga Kolopua, Kelurahan Tipulu-Kendari
salsa_gelo@yahoo. com,

Dapatkan informasi Pengelolaan Sumberdaya Alam Sultra yang terupdate dari kami, silahkan kunjungi kami di http://m3sultra. wordpress. com . Ingin berlangganan, hubungi, timkecil@telkom. net,

From:
"A Saban"

0 comments: